Lakon ini
berkisah konflik teologi diantara para Dewan Wali Sanga pada saat itu. Menurut
Ranggon Seni, sebagaimana versi yang diangkat dalam drama oleh grup Sandiwara
Indra Putra ini malah terkesan ada perebutan hegemoni agama. Bukan saja soal
konflik teologi diantara mereka.
Kehadiran
Siti Jenar dalam pusaran kekuasaan telah mengguncang Dewan Wali Sanga. Metode
dakwah Siti Jenar yang memikat hati wong Jawa saat penyampaian karena berbeda
dengan metode dakwah yang dianut Dewan Wali Sanga menjadikan
ketegangan-ketegangan antara kelompok mayoritas dan minoritas dalam
memperebutkan arti kebenaran yang hakiki.
Lakon ini
akan terus menarik untuk didengar, bukan saja karena mengandung pergumulan dari
identitas islam abangan [kejawen] dan islam santri dalam butiran sejarah Islam
di tanah Jawa, namun juga sangat kental dengan aroma konflik elite ke arah
politis. Kisah ini digarap apik oleh teman-teman seniman grup Sandiwara Indra
Putra yang diperankan oleh Salmin dkk.
Silahkan
dinikmati suguhan drama epik “Gugure Syekh Siti Jenar” dan padukan dengan cara
memandangnya, bisa konflik teologi atau konflik politik dan bisa juga perebutan
hegemoni. Sebab, pada saat itu telah terjadi keberpihakan politis diantara para
anggota Dewan Wali Sanga. Tak pelak, kerajaan-kerajaan Islam terpecah belah
menjadi kerajaan-kerajaan kecil, yakni Mataram, Cirebon dan Banten.
Selamat
mendengarkan!
Posting Komentar
Posting Komentar