Ads
Wisata
Heritage Trail, Ikon Baru Cirebon Tourism-2
3. Stasiun
Kejaksan Cirebon
Stasiun
Cirebon didesain oleh Arsitek Belanda bernama Pieter Adriaan Jacobus Moojen
yang diresmikan pada 3 Juni 1912 bersamaan dengan dibukanya lintas milik SS
Cikampek-Cirebon sejauh 137 kilometer.
Stasiun Cirebon, Kejaksan. Sumber : Terry Endropoetro, 2016. |
Gaya
arsitektur bangunannya merupakan perpaduan dari ciri arsitektur lokal dengan
pengaruh aliran seni art deco. Sebagaimana ciri khas bangunan batu yang
berasal dari periode 1900-1920, fasad atau tampak bangunan yang cukup menonjol
adalah susunan simetris gedung.
Apabila
dilihat sekilas, siluet bangunan terdiri dari dua menara dengan atap berbentuk
piramida yang mengapit sebuah bagian atas bangunan utama.
Pada
zaman kolonial, pelayanan penumpang dan barang masih dalam satu stasiun, tetapi
dipisahkan oleh dua loket di bagian kiri khusus penumpang dan sebelah kanan
untuk bagasi.
Suasana Stasiun Cirebon, 1910-an. Sumber : KITLV. |
Oleh
sebab itu pada bagian depan dua menara tersebut pernah dipasang tulisan kaartjes
(karcis) di sebelah kiri dan bagage (bagasi) di sebelah kanan.
Pada
bagian muka sebelah atas menara dan bangunan utama dibuat deretan jendela kaca
persegi terbuat dari kaca patri berwarna-warni dilengkapi sejumlah roster atau
lubang ventilasi.
Selain
untuk keindahan, kaca patri juga berfungsi sebagai penerangan alami ketika
cahaya matahari masuk ke dalam. Sedangkan pada malam hari pencahayaan bersumber
dari lampu gantung antik yang terletak di tengah ruangan.
Gaya
ukiran art deco tampak terlihat di bagian ujung puncak dinding atap
bagian depan yang dihiasi dengan ornamen mahkota. Pada saat diresmikan, pintu
masuknya berupa empat lubang pintu melengkung (busur panah).
Untuk
memberikan karakter kuat dari ciri hiasan yang sedang tren pada masa itu diberi
semacam tonjolan garis yang membingkai lubang pintu dan dinding pembatas antar
ruang.
Loket
penjualan karcis terletak di dalam bangunan utama yang terhubung langsung
dengan gerbang depan. Ruangan di depan loket berupa ruang dengan plafon tinggi
sehingga berkesan luas. Jalur 1 dan 2 beserta emplasemennya dinaungi kanopi
lebar yang menggunakan rangka atap baja.
4. Gereja
Santo Yusuf
Gereja
Katholik ini diperkirakan dibangun pada tahun 1878. Dilihat dari tahun
dibangunnya gereja ini merupakan Gereja Katholik tertua di Jawa Barat.
Gereja Santo Yusuf Cirebon. Sumber : Terry Endropoetro, 2016. |
Dari
data yang diketahui, bangunan aslinya hanya bagian depannya saja, sedangkan
bangunan lainnya merupakan perluasan geraja. Menara Gereja Santo Yusuf tak
begitu tinggi berada di bagian tengah belakang bangunan, dengan sebuah lonceng
tergantung di dalam cungkup yang ada puncaknya.
Di
atas menara terdapat batang penangkal petir, karena merupakan bagian tertinggi
di gereja ini. Badan menara tertutup kayu yang dibuat bersusun seperti sisik.
Tampak
samping depan gereja adalah bangunan berupa tiga kotak beratap lengkung yang
berpintu di tengahnya, sedangkan kiri kanannya berupa lubang-lubang hawa.
Cheribon Kerk, 1936. Sumber : KITLV. |
Gereja
ini konon, dirancang oleh seorang arsitek yang bernama Gaunt Slotez, namun tak
ada informasi lanjutan tentang siapa arsitek ini dan gedung apa saja yang
pernah ia rancang.
***
Meneer Pangky
Pengamat budaya amatir
Via
Ads
Posting Komentar