![]() |
Keluarga Indo Eropa. Credit to KITLV, 1930. |
Meskipun
kasta hanya dikenal di India, pelaksanaannya hampir berlaku di seantero dunia.
Selalu ada penggolongan kelas-kelas manusia. Manusia pertama yang berusaha
menghilangkan perkastaan adalah Muhammad.
Muhammad
adalah manusia agung yang menghilangkan perbudakan dan persamaan status manusia.
Status manusia menurutnya hanya dibedakan berdasarkan ketaatan kepada Allah,
atau disebut juga dengan “takwa”.
70
tahun yang lalu sebelum Indonesia merdeka, perkastaan ini masih berlaku. Warga
negara Hindia Belanda dipandang berbeda-beda berdasarkan ras dan bangsa.
Pribumi
atau inlanders adalah kelas paling bawah.
Dipandang hina dan sebelah mata didepan hukum dan negara. Posisinya tak ubah
budak.
Lalu
ada Indo Eropa dan Asia Timur, kelompok warga negara ini adalah mereka kaum
peranakan, china, jepang, maupun arab. Posisi mereka lebih terhormat, sebab
bukan antara majikan dan buruh, bukan antara pekerja dan bos. Lebih pada posisi
mitra dagang, atau rekan kerja.
Yang
terakhir, Belanda dan Eropa. Posisi mereka luar biasa, diistimewakan. Bisa
terlihat dari posisi foto-foto yang ada, mereka posisinya seperti bangsawan dan
raja-raja di nusantara. Antara tuan dan pembantunya.
Dalam
pergaulan pun sama, orang belanda yang bergaul dengan pribumi dianggap
derajatnya langsung turun, begitupun jika ada pribumi yang bergaul dengan orang
Eropa termasuk Belanda. Langsung dikucilkan dan dimaki habis-habisan. Inlanders tidak sederajat dengan kaum
penjajah.
Bentuk-bentuk
seperti ini yang dihapuskan oleh bapak dan ibu pendiri bangsa inginkan. Kenyataannya
sekarang bagaimana? Masih terjadi atau malah lebih parah?
***
Meneer Panqi
Penulis, pemerhati budaya dan konsultan media kreatif.
Posting Komentar
Posting Komentar