Terus terang
saya tidak setuju dalil "anak harus bisa membalas budi jasa
orangtua". Sehingga seorang anak terbebani pikiran untuk bisa mencukupi
kebutuhan orangtuanya/menjadikan anak sapi perah penghasilan orangtua.
Lalu,
dimanakah kasih cinta tulus tanpa pamrih itu? Jika harus dibalas. Bukankah
nanti juga, harus ia memikul tanggungjawab anak-anak dan istrinya. Hukum alam.
Jika memberi
semampunya sih, its okay. Tapi, kalo memaksa saya pikir itu sesat pikir.
Apalagi digertak dengan cap anak durhaka, tak sayang orangtua.
Saya rasa,
sudah saatnya mental berpangku-tangan dihilangkan. Jika dirimu miskin,
sengsara, gagal. Jangan pernah menyalahkan anak, orangtua, agama, atau negara? Its responsibility is yours.
Kaidah ini
pun berlaku sebaliknya, misal ada anak yang berpangku tangan sama orangtuanya.
Ia tak pernah belajar mandiri.
***
Posting Komentar
Posting Komentar