Ki
Tarka Sutarahardja (21 April 1970), atau Kang Tarka begitulah panggilan
akrabnya. Kang adalah kependekan dari kata kakang, sebuah
panggilan kehormatan di Indramayu, bagi mereka yang dianggap tokoh dan dituakan
oleh masyarakat. Dikarenakan umur yang lebih tua atau memang memiliki keilmuan
yang lebih tinggi.
Jika
bicara naskah kuno tentu tak bisa dilewatkan begitu saja kiprah seorang Ki
Tarka Sutarahardja dalam dunia filologi. Meskipun seorang otodidak, sudah ratusan naskah
kuno ia terjemahkan. Produktivitasnya bisa jadi malah mengalahkan filolog dari
kalangan akademis.
Baginya
naskah kuno itu mempesona dan menggairahkan, jiwanya tertantang dan tergugah
untuk mempelajarinya. Bagi seorang Kang Tarka, naskah kuno itu adalah ladang
kehidupan dan ladang ilmu. Sungguh ia telah tertambat hatinya dengan apa yang
tersaji di dalam naskah kuno, yang kaya akan tabir budaya masa lalu itu.
Rasa
penasarannya itu dimulai pada tahun 1995, saat Kang Tarka dipasrahi naskah kuno
Cerita Panji Inu Kertapati dari kerabat dekatnya. Naskah itu berasal
dari Wa’ Masjaya, salah satu keturunan Ki Buyut Marsidem, salah satu
pendiri Desa Cikedung.
Melihat
naskah tersebut menggunakan aksara Jawa, Kang Tarka terkejut. Terusik rasa
penasarannya. Sejak itulah ia tergugah untuk mempelajari naskah yang
bertuliskan akasara Jawa tersebut. Dikarenakan ada kesulitan dalam upaya
menerjemahkan naskahnya, Kang Tarka pun dipandu bermodalkan sebuah buku panduan
“Pakem Cacarakan”, terbitan tahun 1991 Yogyakarta.
Setelah
dianggap mampu menulis dan membaca aksara Jawa hasil belajar dengan buku Pakem Cacarakan
itu. Iapun langsung mencobanya, sedikit demi sedikit naskah kuno tersebut mulai
diejanya. Namun, apa yang diharapkannya tak sesuai dengan kenyataan. Tak
satupun isi naskah tersebut yang bisa dibaca.
Dalam
pikiran gamang dan putus semangat, pada suatu waktu ia jadi teringat pada
kakeknya. Kakeknya adalah pensiunan Kepala SR—sekolah rakyat—salah satunya
adalah SR di Paoman pada tahun 1960’an. Rumah dinasnya adalah di Gang Telepon
Indramayu.
Selain
pensiunan guru, kakeknya juga seorang veteran. Ia pernah meninggalkan tugas
guru SR demi aktif ikut perang gerilya dengan M.A. Sentot. Nama kakeknya itu
Sutarahardja. Suatu waktu dibawalah naskah tersebut dihadapan kakeknya. Ia
yakin kakeknya bisa mengajarinya, membaca naskah tersebut.
Tentu,
melihat cucunya punya kepedulian pada naskah akasara Jawa. Ki Sutarahardja
merasa senang sekali. Detik itu juga Ki Sutarahardja langsung memulai
pelajarannya. Dengan sabar kakeknya memberikan pelajaran-pelajarannya.
Ternyata, bagi Kang Tarka susah juga ya, tak mudah seperti membalikkan telapak
tangan.
Naskah
kuno itu tetap saja susah untuk bisa dibaca. Meski sudah dikursus selama dua
jam. Dalam kesulitan tersebut, Kang Tarka tak kehilangan akal, ia pun memohon
kepada kakeknya untuk menuliskan terjemahannya. Untuk sementara ini, ia pun
angkat tangan. Lalu, daripada pusing ia pun memohon manja untuk diceritakan
kisah perjuangannya dulu sewaktu jadi pasukan setan M.A. Sentot.
Sepulangnya,
dari rumah kakeknya di Pamanukan, Subang. Setiap hari Kang Tarka selalu
membolak-balik hasil alih aksara kakeknya. Karena sebelumnya sudah memahami
karakter cacarakan Pakem Anyar, maka setengah bulan kemudian naskah kuno itu mulai
sedikit terbaca. Persoalannya adalah karena minimnya kosakata perbendaharaan
yang dikuasai dan dipahami. Bahasanya masih asing bagi Kang Tarka.
**
Perjuangan
menerjemahkan naskah pertama itu begitu lambat hingga enam bulan lamanya, faktor
utama adalah kesibukannya sebagai karyawan dan tidak ada guru yang memandunya. Pada
akhirnya, naskah tersebut ditaklukkan. Inilah tonggak keilmuan filologisnya
dimulai, yakni pada tahun 1995 setelah ia bisa menaklukkan naskah Cerita
Panji Inu Kertapati.
Sejak
itu, semangatnya menjadi menggebu-gebu. Tak peduli siang malam-jauh dekat, saat
ada kabar naskah kuno ia langsung memburunya. Awalnya memang ketertarikan Kang Tarka
terhadap naskah kuno, lebih pada tentang mantra-mantra Jawa atau semacam tutur
piwulang (ilmu kaweruh).
Kang
Tarka menemukan, naskah kuno ternyata berisi lebih banyak bahasa-bahasa filsafat
yang ia cari selama ini. Dari hal itulah, Kang Tarka menganggap pasti pada
setiap naskah-naskah kuno itu tercantum tutur tembung kebaikan.
Sejak
itu ia menjadi kesengsem dan selalu ingin membaca naskah-naskah Jawa. Tak
hanya naskah soal sejarah, kesenian, dan religi yang ditelusurinya. Aneka primbon-primbon
dan petungan pun ia jejaki, bahkan jika perlu ia membeli naskah tersebut
untuk dikoleksi.
Jika
pulang kampung Kang Tarka selalu menyempatkan diri untuk mencari naskah-naskah
kuno yang disimpan oleh para sesepuh. Berkat sesepuh-sesepuh inilah, akhirnya
penguasaan aksara Jawa Kang Tarka meningkat tajam.
Ada
yang menyumbangkan naskahnya, ada yang meminta untuk diterjemahkan dan ada juga
yang hanya mengizinkan untuk disalin saja. Lucunya, masih banyak masyarakat
yang mengkeramatkan naskahnya. Inilah penyebab mengapa keberadaan naskah kuno
yang dimiliki oleh masyarakat akhirnya susah sekali ditembus.
Saat
itu Kang Tarka masih bekerja di Bogor. Sejak tahun 1991–2004, ia bekerja di PMS
–Project Managament Services—IPB, Kampus Darmaga Bogor. Pada Proyek
Pengembangan Pembangunan Gedung-gedung IPB Tahap I dan II.
**
Demi
memperlancar studi-studinya itu, Kang Tarka sampai membentuk organisasi-organisasi
yang fokus pada budaya, hal ini agar mendukung kebutuhan akan jiwanya yang
terlanjur gandrung pada naskah kuno.
Salah
satu sayap organisasi yang ia besut untuk mendukung mimpi-mimpinya adalah Forum
Jati Budaya Indramayu pada tahun 2010. Ia sendiri didaulat sebagai ketuanya.
Kiprahnya di Forum Jati Budaya mulai mengundang perhatian akademisi dan pegiat
budaya dari Kota Indramayu.
Pada
tahun yang sama, Kang Tarka juga diajak bergabung dalam Paguyuban Keluarga Arya
Wiralodra, sebagai tim ahli dalam Seksi Sastra Jawa Kuno. Namanya makin
bersinar setelah bisa menaklukan Manuskrip Kulit Menjangan dan Lontar
Indramayu.
Tahun
berikutnya, 2011. Kang Tarka mulai menjadi asisten Raden H. Dasuki dalam acara
Kirab Pusaka Cakra Udhaksana Kyai Tambu. Berbarengan dengan itu Kang Tarka juga
menjadi tim ahli bidang filologi untuk Indramayu Historia, bersama Nang Sadewo.
Selanjutnya,
tahun 2012. Kiprahnya semakin melebar, ia mendirikan Yayasan Lingga Amurwa
Kanda Dharma Ayu Nagari (Lakdan), ia sendiri sebagai Wakil Ketua. Naskah kuno
yang awalnya menjadi konsumsi sendiri akhirnya ingin mulai diterbitkan.
Untuk
memperkokoh hal ini, pada tahun 2012. Ia pun atas saran sesepuh Indramayu, H.
Urip Sucipto disarankan untuk membuat grup di facebook, lebih fokus pada aksara
Jawa-nya. Maka dibuatlah grup ‘Sanggar Aksara Jawa Indramayu’ dibantu oleh
Meneer Panqi sebagai adminnya.
Prosesnya
memang berliku dan penuh perjuangan. Titik terang mimpi-mimpi itu mulai
menemukan kenyataan saat perjumpaannya dengan Muhammad Mukhtar Zaedin dalam Pra
Kongres Bahasa Cirebon. Dari diskusi kecil dengan secangkir kopi di Hotel Prima
Cirebon itu, dirinya diajak bergabung dengan Pusat Konservasi Naskah Klasik
Cirebon.
Tahun
2013 bersama dengan Meneer Panqi dan Panji Darussalam, Kang Tarka pun masuk
menjadi tim dalam lembaga tersebut. Oleh Ketua Pusat Konservasi Naskah Klasik
Cirebon, Drh. R. H. Bambang Irianto, BA. ia diberikan kesempatan untuk menerjemahkan
naskah-naskah di lembaga tersebut.
Salah
satu dedikasi perjuangan besarnya terhadap naskah kuno berbuah manis tatkala
pada tahun 2013, naskah kuno yang ia terjemahkan berhasil dicetak. Selain itu,
ia juga dengan Ki Dalang Karno menjadi partisipan dalam Rumah Budaya
Pesambangan Jati Cirebon.
![]() |
Oleh-oleh
kado yang ia berhasil bawa pulang adalah membawakan siswa-siswa SMK Seni Rupa
NU Cikedung untuk dididik dan diajari kesenian, terutama Jaran Lumping dan
Sintren.
Pada
tahun yang sama juga, Kang Tarka terlibat dalam pengusungan pendirian Museum
Bandar Cimanuk. Baginya, Indramayu
memiliki museum itu sebuah keharusan. Karena dengan adanya museum generasi
penerus akan lebih mudah mengakses ilmu dan informasi, terutama soal literasi
pengetahuan dan relevansinya, masa lalu dengan masa sekarang.
***
Meneer
Panqi
Penulis,
pemerhati budaya dan konsultan media kreatif. Founder ME Trip. Banyak
bekerjasama dalam dunia design, branding dan media sosial.