![]() |
Naskah Jaransari Jaranpurnama, Koleksi Sanggar Aksara Jawa Indramayu. Photo by Iskandar Zulkarnaen, 2016. |
Membaca
cerita-cerita heroik dan ksatria seperti kisah ini, saat masih SD-SMP kesan
yang didapat hanya cerita yang seru, rameh, dan orang-orang hebat. Simpulannya,
hanya tentang orang jahat akan dikalahkan oleh orang yang benar.
Namun,
jika cerita-cerita ini aku baca kembali. Sejak SMA hingga sekarang. Dimana daya
nalar dan daya pikir sudah berkembang. Membaca kisah heroik seperti ini,
berubah menjadi kisah satire yang
mengkritisi keadaan pada zaman kerajaan itu.
Kerajaan
di Jawa selalu penuh dengan kisah-kisah sayambara, proses instan, dan perebutan
kekuasaan. Dan lucunya, selalu dimunculkan tokoh perempuan yang cantik. Tokoh
ini selalu jadi rebutan.
Kisah-kisahnya
picik dan licik, segala sesuatu dihalalkan. Meskipun hal itu melanggar norma
agama. So, jangan heran jika sekarang
kita minim pemimpin, penguasa dan pejabat yang bisa memberikan teladan.
Bukan
sekedar teori dan praktek yang terbukti menyejahterakan. Meski sudah baldatun toyyibatun, tapi belum warabbun ghofur. Tercapai apa itu gemah ripah, tapi kan belum loh jinawi.
Kepemimpinan
kita baru sebatas kebutuhan lahir. Berupa kesejahteraan, belum menyentuh sisi
batin. Dimana keteladanan menjadi sikap yang ditunjukkan sehari-hari.
Lebih
membesarkan gengsi, bukan membesarkan rasa malu. Lebih suka menunjukkan teladan
pertengkaran, daripada teladan akhlak tata moral.
**
Judul
Naskah : Jaransari
Pemilik : Raswa,
Ds. Bunder, Kec. Kedokan Buder, Kab.
Indramayu
Ukuran
Naskah : 22 cm x 17,5 cm
Jenis
kertas : Kertas Eropah
Tema
: Babad
oleh
Ki Tarka Hanacarakajawa
Kandungan
Isi Teks :
Dalam
sebuah sayembara Raja Amangkurat, dimana bagi siapa saja yang dapat mengambil
kembali putrinya yang telah dicuri oleh Lembu Andana-Lembu Andini penghuni
Taman Tasikharja, maka ia akan dikawinkan dengan sang putri dan diangkat
menjadi Prabu Anom Majapahit.
Syahdan tiada yang mampu menandingi kesaktian
penghuni taman itu, maka majulah Jaransari Jaran Purnama untuk mengadu nasib.
Kedua Kakak Beradik itu saling bekerjasama, sang adik Jaransari dengan berbekal
Keris Pusaka Si Gagak anugrah dari Patih Gajah Mada menyelam ke dasar taman
sedang kakaknya menunggu di tepi danau.
Jaransari berhasil mengambil putri dan
buru-buru diserahkan kepada kakaknya yang berada di tepi danau. Jaransari
berhasil mengambil putri dan buru-buru diserahkan kepada Kakaknya yang berada
di tepi taman itu, kemudian ia menyelam lagi untuk berusaha mengalahkan kedua
lembu tersebut.
***
Meneer
Panqi
Penulis,
pemerhati budaya dan konsultan media kreatif
Posting Komentar
Posting Komentar