ulasan
Begitupun
dengan gaya hidup. Saat penggunaan kendaraan bermotor massif, baik kaya miskin semua pernah 'numpak'. Numpak disini bukan menunggangi pemiliknya, namun pernah
merasakan bagaimana rasanya bawa motor atau naik mobil?
Ingat Sepeda Onthelku
Di dunia ini
segala sesuatunya ada titik kulminasi. Kulminasi itu titik jenuh.
Sekuat-kuatnya besi, ia akan lebur dalam hitungan detik jika dipanasi ribuan
derajat celcius.
Singkatnya,
di dunia ini tak ada yang sakti, kecuali Bang Mandra seniman betawi yang sakti
mandraguna itu.
Maka, jangan
heran ada istilah 'braja tumama' di
Indramayu, nggak ada apapun di dunia ini yang hebat, sakti, atau tak
terkalahkan. Di atas langit ada langit. Begitulah hukum alam berlaku.
Onthel Merk Simplex. +Meneer Panqi, 2017. |
Lambat laun,
masyarakat pun berada pada titik jenuh. Naik motor dan mobil dirasa adalah hal
biasa. Ingin sesuatu yang berbeda, tidak biasa. Ceruk itulah yang menjadikan
sepeda onthel laris manis di pasaran.
Ngomongin
onthel, pernah mengalami sesuatu yang tidak mengenakkan di hati. Hati panas
seperti dibakar. Bagaimana tidak, gadis yang kutaksir menertawaiku seperti
badut, saat aku datang ke rumahnya naik sepeda!
Mukaku
langsung masam. Kuhardik, "apa yang
lucu?". Ia jawab, kegantenganku luntur seketika. Apa hubungannya
ganteng dan sepeda ya? Aku langsung pulang.
Sepanjang
jalan aku merenung. Ada sedih, bahagia, dan sakit di hati. Sedih karena cinta
diukur dari motor ninja bukan sepeda. Bahagia, karena kutahu gadis itu membuka
topengnya. Sedang rasa sakit itu muncul akibat gengsi yang tak bisa kubeli.
Kenangan yang membekas pada tahun 2005.
Pernah juga
kejadian lucu, tahun 2003. Aku dan Obed naik onthel ke Sliyeg. Perjalanan 3 km
ditempuh dengan kayuhan kaki. Pegal. Demi sahabat nggak apalah. Kasihan ia bisa
putus dengan pacarnya, jika tak datang.
Dalam
perjalanan pulang, kami diguyur hujan. Meneduh. Usai reda, kami pun bergegas
pulang. Aspal di jalan terlihat hitam. Sebentar-bentar ada genangan air. Kami
asyik ngobrol dan bercanda.
Saking
asyiknya ngomong dan ketawa, aku nggak tahu kalo Obed jatuh. Pas hentakan laju
sepeda di jalan berlubang. Baru sadar, setelah ia memangilku. Pantes saja,
sepeda yang kubawa jadi enteng.
Sekelumit
imajinasi itulah saat H. Onthel mampir ke gubugku sore ini.
***
Via
ulasan
Posting Komentar