Opini
E-KTP Versus ATM Bank
Tadi
sore aku berbincang dengan Waryono Yon. Ia bercerita E-KTP miliknya mengelupas.
Aku antusias mendengar ceritanya, sebab sudah lama kami tak ngobrol bareng.
E-KTP. Sumber Detik |
Gaya
bicaranya yang khas, sedikit terbata-bata kalo ngomong. Membuatku makin tak
sabar mendengar lanjutan ceritanya. Ia pun lalu melanjutkan.
Karena
terkelupas ia lapor kepada polisi desa/bekel atau ketua RW. Jawabannya sungguh
enteng. "Gampang mas, tinggal di lakban sisi-sisinya". Jawaban yang
tepat guna dan sederhana. Selesai. Namun dari gaya berceritanya, bahasa
tubuhnya menyatakan bahwa ia tak suka dengan jawaban sang RW yang nadanya
becanda tersebut.
Dari
kisahnya, aku menerawang jauh. Aku pikir itu jawaban yang tak layak dengan
semangat kemodernan yang diusung dalam E-KTP. Selain tidak sesuai dengan nilai
modern, secara estetika juga memalukan.
Aku
memaklumi problematika E-KTP memang tak semudah dan sekecil itu dalam
pembenahannya. Mulai dari soal teknis, budaya birokrasi, maupun soal mark-up
dan korupsinya. Weiiiiiiiiih, repot pokoknya.
Aku
mulai berimajinasi dengan pelayanan yang sebangun di bank. E-KTP dan ATM kan
itu saudara kembar. Namun, penanganan keduanya bagai bumi dan langit.
Misalnya,
pertama soal kualitas. ATM nggak cepat rusak. E-KTP ya persis cerita temanku,
terkelupas. Lucu kan, kualitas produk negara kalah dengan produk lembaga cilik.
Hehhehe.
Gagasan
E-KTP luar biasa istimewanya. Dari identitas tunggal, bank data sidik jari,
ditambah pula jangka waktu seumur hidup. Cita-cita dan pemikiran maju jauh di
depan, tetapi kebiasaan, budaya, dan pola kerja juga birokrasi masih sama saja.
Kedua,
soal fotocopy E-KTP. ATM kartu kembarannya cukup dengan gesek. Maka muncul data
pemiliknya. Nah, ini lucu juga ya. Konon katanya ada basis data, tapi kok masih
disuruh fotokopi. Bahkan, konon ada legalisirnya juga. Ampuuuuuuuuuuuun reang!
Tembung
pamungkas, jika selevel lembaga perbankan saja bisa memberikan pelayanan
terbaik. Bagaimana mungkin negara memberikan pelayanan yang mudah rusak.
Bobrok. Memalukan bukan?
Jayalah
Indonesia!
***
Via
Opini
Posting Komentar