Desa
Sejarah
Sang juragan menyuruh ajudannya untuk menangkap seekor monyet. Itung-itung souvenir. Namun sial, anak buah juragan tidak berhasil menangkap monyet.
Melihat ajudannya kesusahan untuk menangkap. Si juragan bilang, barang siapa yang bisa menangkap monyet akan dikasih duit 50 gulden.
Penduduk desa berlomba-lomba menangkap monyet. Juragan kaget banyak bener orang berbondong membawa monyet. Karena kasihan, semua monyet dibeli oleh juragan.
Setelah warga pulang, juragan memarahi anak buahnya. Duit sy habis untuk membeli monyet sialan ini. Kau harus tanggung jawab.
Besoknya, juragan pamit ke kuwu. Mau balik ke kota. Ajudan dilarang ikut. Kuwu bertanya, mengapa kamu nggak ikut majikanmu ke kota?
Jadi begini Wakuwu, selain sy harus menjaga monyet yang dibeli juragan. Sy denger juragan akan kembali lagi ke sini. Juragan akan pergi sebentar saja. Juragan perlu ke pasar hewan di kota menawarkan monyet-monyetnya ini. Denger-denger, harga monyet sedang bagus.
Berapa harganya? Tanya pak kades penasaran.
Tergantung ukuran wakuwu. Kalo kecil 70-an, besar bisa 100.
Oh pantes juraganmu berani membayar 50 per ekor. Untung besar ya juraganmu. Pantes bisa kaya raya.
Betul sekali wakuwu. Juragan memang otaknya encer. Di otaknya cuma satu, cuan, cuan dan cuan.
Pak kades lalu berpikir sebentar. Ia lalu berbisik ke ajudan.
Kurang wakuwu, masa cuma 60 per ekor. Gimana kalo 65?
Ya sudah, kamu ke rumah ya sekarang juga.
**
Setelah menghitung duit, ajudan pun bersalaman dan pamit mau menyusul juragannya ke kota.
Waktu masih subuh, wakuwu sudah rapi. Jongos-jongosnya repot memindahkan monyet dari kandang ke gerobak pedati. Wakuwu dan beberapa pembantunya akan pergi ke kota menjual monyet.
Singkat cerita, di pasar kota monyet-monyet itu tidak ada yang membeli. Boro-boro 100 per ekor, yang menawar saja tidak ada.
Saking keselnya, wakuwu langsung pulang. Selama perjalanan pulang, ia mendapati ada sirkus 'wong keling'. Atraksi dari India. Ada anjing, ada gajah dan ada macan yang penurut. Apapun yang diperintahkan oleh pawang dituruti.
Terinspirasi oleh kejadian tersebut, wakuwu pun melatih monyet-monyetnya. Untuk mengenang kebodohanya yang ketipu Sarimin. Dalam salah satu adegan sirkus monyetnya, si monyet diberikan keranjang, lalu ngomong 'Sarimin pergi ke pasar'.
Warga yang menonton semuanya tertawa. Bukan karena kelucuan si monyet. Tapi, lantaran dibohongi pergi ke pasar.
Demikianlah asal usul topeng monyet dan Sarimin berdasarkan kekandaan yang pernah sy denger alias tutur tinular.
***
Asal-Usul Topeng Monyet
Sekaul kanda, Juragan Sarimin dan ajudannya berkunjung ke sebuah desa. Di sana ia melihat banyak monyet bergelantungan di pohon.
Sang juragan menyuruh ajudannya untuk menangkap seekor monyet. Itung-itung souvenir. Namun sial, anak buah juragan tidak berhasil menangkap monyet.
Melihat ajudannya kesusahan untuk menangkap. Si juragan bilang, barang siapa yang bisa menangkap monyet akan dikasih duit 50 gulden.
Penduduk desa berlomba-lomba menangkap monyet. Juragan kaget banyak bener orang berbondong membawa monyet. Karena kasihan, semua monyet dibeli oleh juragan.
Setelah warga pulang, juragan memarahi anak buahnya. Duit sy habis untuk membeli monyet sialan ini. Kau harus tanggung jawab.
Besoknya, juragan pamit ke kuwu. Mau balik ke kota. Ajudan dilarang ikut. Kuwu bertanya, mengapa kamu nggak ikut majikanmu ke kota?
Jadi begini Wakuwu, selain sy harus menjaga monyet yang dibeli juragan. Sy denger juragan akan kembali lagi ke sini. Juragan akan pergi sebentar saja. Juragan perlu ke pasar hewan di kota menawarkan monyet-monyetnya ini. Denger-denger, harga monyet sedang bagus.
Berapa harganya? Tanya pak kades penasaran.
Tergantung ukuran wakuwu. Kalo kecil 70-an, besar bisa 100.
Oh pantes juraganmu berani membayar 50 per ekor. Untung besar ya juraganmu. Pantes bisa kaya raya.
Betul sekali wakuwu. Juragan memang otaknya encer. Di otaknya cuma satu, cuan, cuan dan cuan.
Pak kades lalu berpikir sebentar. Ia lalu berbisik ke ajudan.
Kurang wakuwu, masa cuma 60 per ekor. Gimana kalo 65?
Ya sudah, kamu ke rumah ya sekarang juga.
**
Setelah menghitung duit, ajudan pun bersalaman dan pamit mau menyusul juragannya ke kota.
Waktu masih subuh, wakuwu sudah rapi. Jongos-jongosnya repot memindahkan monyet dari kandang ke gerobak pedati. Wakuwu dan beberapa pembantunya akan pergi ke kota menjual monyet.
Singkat cerita, di pasar kota monyet-monyet itu tidak ada yang membeli. Boro-boro 100 per ekor, yang menawar saja tidak ada.
Saking keselnya, wakuwu langsung pulang. Selama perjalanan pulang, ia mendapati ada sirkus 'wong keling'. Atraksi dari India. Ada anjing, ada gajah dan ada macan yang penurut. Apapun yang diperintahkan oleh pawang dituruti.
Terinspirasi oleh kejadian tersebut, wakuwu pun melatih monyet-monyetnya. Untuk mengenang kebodohanya yang ketipu Sarimin. Dalam salah satu adegan sirkus monyetnya, si monyet diberikan keranjang, lalu ngomong 'Sarimin pergi ke pasar'.
Warga yang menonton semuanya tertawa. Bukan karena kelucuan si monyet. Tapi, lantaran dibohongi pergi ke pasar.
Demikianlah asal usul topeng monyet dan Sarimin berdasarkan kekandaan yang pernah sy denger alias tutur tinular.
***
Via
Desa
Posting Komentar