esai
Mapag
Tamba merupakan salah satu bagian dalam rangkaian ritus budaya agrari pada
kalender tani selama setahun di desa-desa Indramayu, dimulai dengan sedekah bumi,
mapag tamba, dan ditutup dengan mapag sri.
Sebagaimana diketahui, orang-orang desa sejak dahulu sebelum melakukan segala aktivitasnya senantiasa melakukan sebuah ritual terlebih dahulu. Mereka meyakini dengan ritual tersebut akan memudahkan segala aktivitas yang akan dilaksanakan.
Ciri dari Mapag Tamba adalah dengan membawa air suci dalam bungbung bambu yang berasal dari sumber mata air yang dianggap memiliki kekhasiatan tersendiri. Air suci ini sebelumnya dibacakan do’a-do’a oleh sesepuh desa pada malam harinya dengan harapan padi yang ditanam jadi –bisa ngunduh.
Biasanya ritus mapag tamba ini dilakukan pada 40 hari setelah masa tanam –tandur. Dibawakan oleh para pamong desa, yang disebut dengan wadyabala “nibakena tamba”. Wadyabala nibakena tamba ini dibagi dalam beberapa kelompok, dengan tugas mengucurkan air suci di sepanjang garis perbatesan desa.
Para wadyabala ini menggunakan pakaian serba putih dengan pantangan tidak boleh bicara –tapa mingkem— dan melewati jembatan selama proses acara ritual.
***
Apa itu Mapag Tamba?
Mapag Tamba di Desa Tugu Kec. Sliyeg, Indramayu. Foto/Agus Purnomo |
Sebagaimana diketahui, orang-orang desa sejak dahulu sebelum melakukan segala aktivitasnya senantiasa melakukan sebuah ritual terlebih dahulu. Mereka meyakini dengan ritual tersebut akan memudahkan segala aktivitas yang akan dilaksanakan.
Ciri dari Mapag Tamba adalah dengan membawa air suci dalam bungbung bambu yang berasal dari sumber mata air yang dianggap memiliki kekhasiatan tersendiri. Air suci ini sebelumnya dibacakan do’a-do’a oleh sesepuh desa pada malam harinya dengan harapan padi yang ditanam jadi –bisa ngunduh.
Biasanya ritus mapag tamba ini dilakukan pada 40 hari setelah masa tanam –tandur. Dibawakan oleh para pamong desa, yang disebut dengan wadyabala “nibakena tamba”. Wadyabala nibakena tamba ini dibagi dalam beberapa kelompok, dengan tugas mengucurkan air suci di sepanjang garis perbatesan desa.
Para wadyabala ini menggunakan pakaian serba putih dengan pantangan tidak boleh bicara –tapa mingkem— dan melewati jembatan selama proses acara ritual.
***
Via
esai
kearifan lokal yang harus selalu di lestarikan
BalasHapusharus dilestarikan
Hapus