![]() |
Gambar 1. Ilustrasi Fenomena Jilboobs. Sumber : www.kaskus.co.id |
Memang,
luarnya pakai sackdress lagi. Sackdress itu sepantasnya digunakan
untuk musim panas. Sangat terbuka soalnya. Hanya saja, aku merasa janggal melihatnya.
Aku jadi berpikir, apa ada hubungannya dengan “Disorientasi Moral”? Aku
berharap sih tidak ada.
![]() |
Gambar 2. Pusat Jajanan Kuliner Cimanuk, Indramayu. Sumber : www.indramayu.asia |
Satu
kenyataan yang tidak bisa dihindari bahwa memang kita semua memiliki
ketertarikan seksual secara fisik. Ketertarikan secara seksual ini disebut juga
dengan istilah daya tarik seksual.
Balik
lagi, soal perempuan tadi. Aku melihatnya sebagai seorang perempuan yang
berusaha untuk mengikuti apa yang diyakininya, bahwa berjilbab itu kewajiban.
Namun demikian, satu sisi tetap juga ingin mengukuhkan dirinya sebagai “perempuan
yang menggairahkan”. Inilah naluri seksualitas dan daya tariknya.
Semuanya
boleh tertutup rapat, tetapi tidak berarti tidak boleh dilirik kan? Seakan
memberikan kesan, aku juga pantas loh dilirik kaum adam. Ada keinginan untuk
ditaksir. Namanya juga masih muda, pasti ingin dong mendapatkan pasangan! Yang
tua saja banyak, apalagi yang muda. Masa nggak boleh?
Jangankan
kita manusia yang punya akal dan pikiran sebagai makhluk sempurna. Binatang aja
kalo mau kawin menggoda pasangannya dulu. Sebut saja, monyet. Hewan ini kalo
mau kawin, membuat dulu sarangnya. Dengan sarang yang nyaman dan bagus, monyet
betina akhirnya mau diajak kawin. Kalo nggak percaya, buktiin aja langsung ke
Koloni Monyet di Desa Bulak, Jatibarang.
Gambar 3. Wisata Koloni Monyet Banjar, Bulak Jatibarang Indramayu. Sumber : www.disparbud.jabarprov.go.id |
Monyet
itu mirip manusia meski berbeda pada jumlah bulu dan kapasitas otak. Ngomongin
bulu, jadi inget temenku punya kawan, yang lebih tertarik pada gadis yang
berbulu. Oiyaaa, sobat ada yang punya kecenderungan persis dia nggak? Ngaku aja
deh, ngacung. Mana nih yang lebih suka pasangannya berbulu?
Tak
beda dengan monyet, ayam pun sama, ketika mau kawin. Itu si betina banyak
bertingkah. Ko kok pe tok, si betina bersenandung. Penuh cumbu rayu
kepada si jantan. Sang jago tak kalah beraksi, dia pun mulai mengeluarkan jurus
mautnya, dengan gaya mengitari betina sambil menjulurkan bulu sayapnya sebelah
ke tanah. Gerakannya indah banget.
Itu
perilaku beberapa hewan soal daya tarik seksual. Apalagi manusia, makhluk yang
lebih sempurna. Saban individu punya gaya dan cara masing-masing soal daya
tarik menarik seksual ini. Sesuka hati. Soal daya tarik, pria memiliki persepsi
tersendiri terhadap apa yang menurutnya menarik dan menjadi daya tarik. Begitu
juga dengan perempuan. Sadar atau tidak sadar, diakui atau tidak diakui,
begitulah faktanya.
Apa
ada yang mau dibilang jelek? Kalaupun ada, pasti sebenarnya sedih juga. Apa ada
yang mau dibilang tidak menarik?! Kalaupun ada, sebetulnya tetap memiliki usaha
untuk bisa menarik. Meskipun dengan penampilan yang diakui se-cuek, se-acuh,
se-rapat, dan se-sederhana pun sebetulnya itu adalah bagian dari usaha juga.
Ya
usaha untuk mendayagunakan ketertarikan seksualnya. Ini alamiah dan fitrah
manusia. Memang begitu. Makanya, jangan heran bila kemudian sudah berdandan
seperti itu masih tetap banyak yang suka. Namanya juga daya tarik seksual.
Daya
tarik seksual tidak hanya soal fisik saja, cara berdandan dan bentuk tubuh. Tapi
juga, cara berjalan, cara memandang, cara bicara, pokoknya semua yang
berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan oleh fisik bisa menjadi daya tarik
dan menarik secara seksual.
Nggak
percaya? Ini aku kasih bukti satu. Contohnya, desahan. Dengan mendesah dan
melenguh panjang saja bisa sangat mengundang kan? Persis kejadian belum lama.
“Suara
aku seksi nggak mas Meneer?” Godanya genit padaku setelah ngomong dengan suara
desah serak-serak basah. Hahhahaa
***
Meneer
Panqi
Penulis,
pemerhati budaya, dan konsultan media kreatif. Founder ME Trip. Fokus
dalam social movement untuk Indonesia Creative. Banyak bekerjasama
dalam dunia branding, design, dan media sosial.
Posting Komentar
Posting Komentar