Opini
Meraup Rupiah dari Plesetan
Kali
ini pengen ngobrolin soal plesetan. Plesetan ini sudah menjadi salah satu
mazhab humor. Awalnya, plesetan merupakan sebuah kata yang sebetulnya tidak
memiliki makna ganda, tapi dipaksakan mengacu pada makna lain yang kebetulan
memiliki persamaan bunyi.
Sedangkan
makna ganda, ambiguitas, adalah kata yang memang maknanya ganda. Contohnya, memberi
tahu. Tahu disini bisa memberi informasi atau makanan. Sedangkan makna ganda
dalam plesetan sengaja dipaksakan.
Seringkali orang membuat lelucon atau tekateki konyol dengan menggunakan format dari ambiguitas. Lantas, kemudian dijadikan bahan becandaan. Ada begitu banyak contoh becandaan yang diambil dari makna ganda.
Seringkali orang membuat lelucon atau tekateki konyol dengan menggunakan format dari ambiguitas. Lantas, kemudian dijadikan bahan becandaan. Ada begitu banyak contoh becandaan yang diambil dari makna ganda.
Ada
banyak sekali contoh plesetan di lingkungan kita. Misalnya, Pak Mulyono, beliau
ini gelarnya S.Ag. Tapi tak pernah pamer gelar. Malah gelar S.Ag-nya itu
diplesetin menjadi sarjana alam ghaib. Hahhahaha, ada-ada aja ya!.
Kalo
sudah begitu aku pun langsung menimpali. "Lah, kalo sarjana alam ghaib,
kuliahnya bagaimana?" Beliau jawab. "Kuliahnya kliwonan 40
kali ke Astana Gunung Jati. 4 tahun baru lulus, lalu bisa menyandang gelar
sarjana alam ghaib".
Aku
tertawa terbahak-bahak mendengar jawabannya. Pokoknya memang beliau ini jago
mlesetin kata-kata. Dalam mazhab humor memang plesetan termasuk salah satu
jenis humor, genre olah kata termasuknya.
Selain
humoris dan pintar, beliau juga ringan tangan orangnya. Awas loh maksud ringan
disini bukan dalam artian mukulin orang. Pokoknya kapan dan dimanapun orang membutuhkan
bantuan? Beliau akan siap sedia memberikan bantuan.
Kehidupan
beliau memang tak lepas dari plesetan. Plesetan itu semacam label dan brand
tersendiri untuk identitas dirinya. Dari berbagai macam plesetan yang
dibuatnya. Aku paling suka dengan plesetan tentang "ilmu hakiki".
Ilmu hakiki itu kirain tentang hakekat sebuah ilmu. Ah... lagi-lagi bukan Pak
Mulyono jika tak bikin lelucon lewat plesetannya.
Dia
menjelaskan, bahwa ilmu hakiki itu : Ndeke sira mriki ndeke reang sukiki.
Hahhahaa, ampun ya!.
Lain
Pak Mulyono, lain lagi plesetannya. Seorang teman pernah memberikan teka-teki (badekan-istilah
orang Indramayu). “Binatang apa yang sering nempel di tong sampah?”
Melihatku kebingungan, temen itu menjawab sendiri, “Gajahlah kebersihan”.
Hahahaa, sialan! Rupanya dia memplesetkan kata ‘jagalah’ menjadi ‘gajahlah’.
Gambar 1. Plesetan "Gajahlah Kebersihan". Sumber : Avian Art |
Tapi
yang membuatku terkagum-kagum adalah ada orang yang ternyata tidak menganggap lelucon
itu sebagai becandaan belaka. Dengan cerdik dia justru memproduksi Tong Sampah
dengan gambar gajah. Dan di badan tong sampah itu dia tulis kalimat “Gajahlah
Kebersihan”. Ckkkkk... hebat ya? Ada orang yang memiliki sense of humor
namun ada pula yang memiliki sense of bussiness.
Gambar 2. Mulan Jameela diplesetkan menjadi Molen Jameela. Sumber : www.pinterest.com |
Sementara,
kebanyakan orang hanya bikin plesetan, tanpa pernah mendapatkan apa-apa. Malah yang mendulang rupiah adalah orang punya sense
of bussiness. Justru sense of bussiness lah yang membawa ia menjadi pihak yang mendulang uang dari plesetan
tersebut. Kepekaan untuk berkreasi memang luar biasa. Kalo kita jeli, sebuah plesetan
yang norak sekalipun bisa dikonversi menjadi rupiah. Hebat!
Gambar 3. 4. Plesetan Resto AW & Pizza Hut jadi desain Kafka T-Shirt. Sumber : Imam Suboim |
Begitupun demikian dengan Imam Suboim, temanku yang pengusaha kaos. Celah ini
dijadikan ceruk pasar dalam industri kreatif kaos. Desain kaosnya dijual dengan
mengandalkan plesetan. Misalnya AW & Pizza Hut. AW menjadi Arya Wiralodra,
dan Pizza Hut menjadi Lengko Hot.
***
Meneer Panqi
Penulis, pemerhati budaya, dan konsultan media kreatif. Founder ME Trip. Banyak bekerjasama dalam dunia branding, design dan media sosial.
Via
Opini
Posting Komentar