Jaka Sembung
adalah murid Ki Sapu Angin, pendekar pilih tanding dari Kandanghaur Indramayu.
Kisahnya begitu hidup bagiku, hingga saat SD kalo guru bertanya siapa pahlawan
nasional asal Jawa Barat?
Aku tidak
ragu menjawab : "Jaka Sembung pak
guru, dari Kandanghaur"
Kisah
asmaranya dengan Nyi Roijah, gadis Parean yang menjadi bajing ireng, sangat
kuat di benak-ku. Saking kuatnya, nggak nyangka sampe pernah punya kekasih
gadis Parean, Kandanghaur. Meskipun kami akhirnya nggak berjodoh. Hehhehe
Parmin alias
Jaka Sembung adalah murid dari Ki Sapu Angin dan Begawan Sokalima. Nama
Sokalima adalah julukan yang terinspirasi dari salah satu tokoh wayang, yakni
Resi Dorna. Seorang Pendeta yang ilmunya tinggi, hingga Korawa dan Pandawa pun
berguru padanya.
Parmin
adalah putra dari Elang Sutawinata, seorang ningrat dari Keraton Cirebon, dia
keluar dari keraton karena Kompeni terlalu ikut campur dalam urusan keraton.
Keraton Cirebon saat itu sangat condong kepada Kompeni, bukan kepada rakyat.
Hal itulah yang menyebabkannya tak nyaman berada di istana.
Pusaka
andalan Jaka Sembung adalah sebuah tongkat, pusaka tersebut disebut dengan
sembrani. Pusaka yang menyebabkan tentara Belanda lari tunggang langgang dan
nyalinya langsung ciut. Selain tongkat, pusaka lainnya adalah golok.
Roijah alias
Bajing Ireng adalah istri Jaka Sembung. Sebelum cintanya disahkan dalam sebuah
ikrar suci, pertemuan mereka diawali saat Bajing Ireng sedang bertempur dengan
pembunuh bayaran.
Pendekar
bayaran tersebut adalah penjaga lumbung padi yang sangat hebat ilmu
kanuragannya. Namun, kehebatan tersebut hanya untuk dirinya sendiri, terbukti
ia mau menjadi centeng Kompeni Meneer Belanda.
Roijah ini
gadis ayu anak seorang Kuwu, namanya Bek Marto. Namun, keprihatinan Roijah
kepada rakyat di desa tidak serta merta membuat ayahnya mendukung. Malah,
ayahnya selalu melarang. Bek Marto aslinya centeng Belanda.
***