Bagi mereka
yang mendalami kebudayaan, tentunya istilah 'melting pot' dan 'salad bowl'
sudah tak asing lagi, karena istilah ini adalah menu wajib dalam memahami
sebuah pola budaya.
Lalu, apa
hubungannya dengan kiriman tentang thanksgiving
dan sedekah bumi. Itu sebenarnya
sebagai prolog, bagaimanakah sebenarnya kita memposisikan kemajemukan? Apakah
kita mengikuti pola melting pot atau salad bowl?
Melting pot itu semacam peleburan berbagai
budaya menjadi satu bentuk dalam pot. Dari berbagai bahan menjadi satu, from heterogenous to homogenous. Disini
terjadi proses asimilasi dari masing-masing bagian. Tak ubah dengan proses membuat
sambel. Kita coba masukan berbagai bumbu-bumbu, cabai, dan lainnya sebelum
akhirnya wujudnya satu menjadi sambel.
Lain halnya
dengan Salad Bowl. Kita sendiri tahu,
kalo yang namanya salad, baik itu ala barat maupun salad versi indonesia, akan
nampak masing-masing bagian, tapi membentuk satu kesatuan yang bernama salad.
Tanpa harus ada peleburan masing-masing bagian. Bener kan?
Biarpun kita
masukan bahan-bahannya, tetap masing-masing bagian masih berdiri sendiri dan
mempunyai peran sendiri-sendiri, dan akhirnya membentuk satu kesatuan. Jadi
kelihatan warna-warni yang indah sekali. Persis pelangi.
Itulah
hakekat yang sebenarnya, inti dari semboyan-semboyan negara-negara di dunia.
Bagi orang-orang Amerika dengan E
Pluribus Unum - From Many to One. Itulah pola melting pot.
Lalu,
semboyan kita dengan Unity in Diversity
atau Bhinneka Tunggal Ika. Bukan
menyatukan semua kehendak menjadi satu warna, itulah pola salad bowl.
Begitu juga
dengan keberagamaan dalam keyakinan. Kita dalam beragama tidak mengenal satu
mazhab, tapi multi mazhab. Tidak seperti negara-negara di Barat Daya.
Penyebutan
Timur Tengah itu salah kaprah, sebutan itu dari ilmuwan Eropa karena mereka
berada di sisi barat, dan wilayah arabia berada di timur bagian tengah. Kita,
sudah seharusnya menyebut Regional Barat Daya bukan Timur Tengah.
***