Gejolak
internal Partai Golkar pasca penangkapan dan penahanan Setya Novanto oleh KPK
akan berimbas pada dukungan bakal calon kepala daerah. Dikutip kompas.com (21/11/17),
Partai Golkar telah memilih pelaksana tugas (Plt) ketua umum, Yakni Idrus
Marham. Idrus akan menjabat pelaksana tugas sampai gugatan praperadilan yang
diajukan Setya Novanto diputus.
Posisi ini
menjadi strategis bukan hanya karena akan mengantarkan pada pemilihan ketua
umum definitif yang kemungkinan dipercepat melalui Munaslub, tetapi juga
terkait penentuan bakal calon (balon) kepala daerah pada pilkada serentak 2018.
Dikarenakan
yang menjabat [plt] adalah Idrus Marham, notabene kubu pro Setya Novanto.
Tentu, posisi RK aman. Sebaiknya RK segera mengambil keputusan calon pendampingnya
untuk mengikuti kontestasi Pilkada Jabar. Sebab PKB pun sudah memberikan sinyal
persetujuan untuk menyandingkan dengan Daniel Mutaqien pendamping RK.
Sebagaimana
dikutip liputan6.com [20/11/2017], Cak Imin mengatakan, idealnya calon wakil
gubernur yang mendampingi Ridwan Kamil merupakan tokoh pantai utara (pantura). Sebab,
menurutnya, RK sangat kuat di wilayah Jabar bagian Selatan, tapi untuk di
pantura tidak begitu kuat.
Artinya, secara
prinsip antara Nasdem, PKB dan Golkar itu bulat bahwa RK lemah di pantura. Jika
pun akhirnya PPP menarik dukungan, RK masih tetap memiliki tiket hasil koalisi Golkar
(17), PKB (7 kursi) dan Nasdem (5 kursi). Namun jika RK memilih UU, posisinya
menjadi rawan karena sangat mungkin Golkar dan PKB pun akan menarik
dukungannya.
Jika pada
last minute sebelum pendaftaran ke KPU Golkar & PKB mengalihkan
dukungan, maka mimpi RK untuk memimpin Jabar pun kandas karena partai-partai
lain seperti PDIP dan Gerindra sudah secara terbuka menolak untuk memberikan
perahunya. Sedangkan suara Nasdem dan PPP hanya 14 kursi dari total minimal
dukungan 20 kursi.
***
Foto/Sindo
Posting Komentar
Posting Komentar