Lantaran
istri hanya prengat-prengut, ia sedang mendemo saya. Mogok nyuci. Menyebabkan
saya terpaksa menggunakan sempak terakhir di lemari. Sempak ini saya ingat,
beli 5 tahun yang lalu. Itu masuk kategori sudah lanjut usia dalam dunia
persempakan. Cirinya, karet dari sempak ini sudah melonggar. Ada sedikit
bolong-bolong yang menandakan sempak ini lumayan legendaris. Saat saya pake,
rasanya kurang nyaman. Aduh sering mlorod.
Namun, saya
termasuk pria penganut prinsip selalu ada hikmah dalam sebuah peristiwa.
Setelah saya pake sempak ini, istri yang tadinya mrengut langsung berubah
terang hangat. Ketawanya cekikikan, mungkin masih malu. Ia kurang leluasa
mengekspresikan senyumnya. Antara masih sewot dan rasa iba melihat tingkah
konyol saya. Barang sebentar, saya harus betulin sempak yang mlorod di dalam
celana. Dari kamar ke pintu depan saja, saya butuh lima kali betulin sempak
mlorod.
Tapi, mohon
peristiwa aneh ini jangan langsung dikaitkan dengan hal-hal berbau tahayul atau
khurafat. Jangan buru-buru memvonis demikian. Sebab, barangkali Tuhan sedang
kasihan kepada hambanya yang sedang kehabisan sempak. Tuhan tentu maha tahu,
jika ia biarkan keluarga kecil saya berantem terus, maka akan ada hambanya yang
nggak sempakan ketika ke luar rumah. Tentu ini akan menjadi pemandangan yang
mungkin cukup sedap bagi sebagian kecil mamah muda. Karena ada gundal-gandul.
***
Posting Komentar
Posting Komentar